Selasa, 16 Juli 2024

Siklus Air

Proses Siklus Air

Siklus air adalah perputaran air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Siklus air terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), kondensasi (pengembunan), dan hujan.

1. Evaporasi

Air laut, sungai, dan danau menguap karena panas cahaya matahari. Tumbuhan juga mengeluarkan uap air. Proses ini disebut evaporasi.

2. Presipitasi

Uap air naik dan berkumpul di udara. Uap air yang terkumpul lama-kelamaan membuat udara jenuh uap air. Proses ini disebut presipitasi (pengendapan).

3. Kondensasi

Jika suhu turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini membentuk awan. Proses ini disebut kondensasi (pengembunan).

4. Hujan

Titik-titik air di awan akan turun menjadi hujan. Air hujan dapat jatuh di darat maupun di daerah perairan. 

5. Infiltrasi

Air hujan juga ada yang meresap menjadi air tanah. Gerakan air yang meresap ke dalam tanah ini disebut infiltrasi. Air tanah dapat keluar melalui sumur.


 Akibat Gerakan Bumi dan Bulan

Bumi adalah sebuah planet dengan satu satelit alami yang bernama bulan. Sebagai planet, bumi mengalami dua gerakan, yakni berevolusi terhadap matahari dan berotasi pada porosnya. Bulan mengalami tiga gerakan, yakni berevolusi terhadap bumi dan matahari serta berotasi pada porosnya. Gerakan bumi maupun bulan memberi pengaruh terhadap kehidupan di bumi.

1. Gerakan bumi

a. Pengaruh revolusi bumi: pergantian musim, gerak semu tahunan matahari (matahari tampak terbit dari tempat yang berbeda setiap periode tertentu dalam setahun), dan terlihatnya rasi bintang yang berbeda dari bulan ke bulan.

b. Pengaruh rotasi bumi: pergantian siang dan malam, gerak semu harian matahari (matahari seolah-olah bergerak dari timur ke barat) dan perbedaan waktu di berbagai tempat di dunia.

2. Gerakan bulan

a. Pengaruh revolusi bulan terhadap bumi: perubahan penampakan bulan yang berupa bentuk bulan mati, bulan sabit, bulan separuh, bulan benjol, dan bulan purnama. Perubahan penampakan bulan terjadi karena luas permukaan bulan yang dilihat dari bumi berubah-ubah sesuai kedudukan bulan terhadap matahari dan bumi.

Penampakan bulan dibagi menjadi 4 bagian:

1) Bulan baru atau bulan mati: bulan tidak terlihat dari bumi

2) Kuartir pertama: bulan sabit hingga bulan setengah lingkaran

3) Kuartir kedua: bulan purnama

4) Kuartir ketiga: bulan purnama hingga bulan sabit

Revolusi bulan terhadap bumi juga mengakibatkan pasang surut air laut. Saat bulan berevolusi terhadap bumi, air laut di bagian bumi yang meng-hadap bulan akan tertarik gravitasi bulan sehingga terjadi pasang. Se-baliknya, air laut di bagian bumi yang tidak menghadap bulan akan surut.

b. Pengaruh rotasi bulan: permukaan bulan yang tampak dari bumi selalu sama. Hal tersebut karena kala rotasi bulan sama dengan kala revolusi bulan terhadap bumi.

Jumat, 24 Januari 2020

Karangan Argumentasi


Karangan argumentasi menurut Gorys Keraf (2004: 3) adalah suatu bentuk karangan yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat pembaca, sehingga mereka percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan argumentasi yakni mengubah atau memengaruhi pikiran pembaca agar percaya dengan karangan yang dibacanya. Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri, yakni sebagai berikut (Atar Semi, 2003: 48).
1. Bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi informasi).
2. Berusaha membuktikan suatu pernyataan atau pokok persoalan (eksposisi menjelaskan).
3. Menggugah pendapat pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca).
4. Fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktikan (eksposisi menggunakan fakta sebagai alat peng-kongkretan).
Keberhasilan sebuah argumentasi sangat ditentukan oleh adanya pernyataan (pendapat), keseluruhan data, fakta, atau alasan. Hal-hal yang menjadi bukti tersebut dapat berupa benda-benda konkret, angka, statistik, dan penalaran pengarang. Berikut contoh sederhana karangan argumentasi.

Kesadaran siswa terhadap kebersihan sangat rendah. Banyak siswa yang membawa jajanan ke dalam kelas sehingga bungkus plastik berceceran di lantai. Ada juga yang disembunyikan di laci meja. Jika tidak segera ditanggulangi, dapat berakibat buruk bagi kesehatan siswa. 
Salah satu siswa sudah merasakan akibatnya. Ia dirawat di rumah sakit karena menderita diare. Menurut keterangan dokter, ada kuman penyakit yang terbawa  dalam makanan yang dibelinya. Beberapa temannya juga mengatakan bahwa siswa tersebut membeli makanan yang tidak dibungkus rapat sehingga lalat dengan bebas hinggap pada makanan yang dimakannya. 
Makanan yang terbuka sangat rentan terhadap penyakit. Kuman sangat mudah menempel pada makanan karena tidak ada pelindung makanan. Kuman penyakit memang dapat dibawa oleh lalat. Tangan yang kotor juga rentan dihinggapi kuman. Oleh sebab itu, sebaiknya men-cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan.
Sampah yang menumpuk selain kotor, juga menjadi sarang binatang. Lalat dan nyamuk adalah contoh binatang yang menyenangi tempat-tempat kotor. Plastik yang ada di sungai dapat menimbulkan genangan air di musim hujan. Nyamuk akan hinggap dan bertelur di genangan itu. Akhirnya, nyamuk menyebarkan virus dengue, yaitu virus yang menyebabkan demam berdarah. 
Kesadaran akan pentingnya kebersihan di kalangan siswa harus ditanamkan sejak dini. Budaya membuang sampah pada tempatnya akan sangat berguna untuk mencegah penyebaran wabah penyakit. Kebersihan tempat makan juga harus diperhatikan karena berpengaruh besar terhadap kualitas makanan. 

Karangan argumentasi di atas mengungkap alasan me-ngenai pentingnya kebersihan. Ciri-ciri sebuah argumentasi terpapar jelas pada karangan tersebut. Argumentasi yang telah dituliskan tidak hanya mengungkap tentang pernyataan, tapi didukung dengan bukti dan alasan yang kuat.

Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustama Utama.
Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.


Karangan Narasi


Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Gorys Keraf, 2004: 136). Karangan yang termasuk jenis narasi, yakni karya fiksi, seperti novel, cerpen, dan roman. Jenis tulisan nonfiksi juga dapat disebut sebagai narasi jika menceritakan sebuah peristiwa dan proses terjadinya, contoh-nya berita, biografi, dan laporan perjalanan.
Karangan narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada narasi, yakni unsur perbuatan atau tindakan. Namun, jika narasi hanya menam-pilkan kejadian atau peristiwa maka akan sulit dibedakan dengan karangan deskripsi sehingga dapat ditambah unsur lain, yakni waktu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karangan narasi mencakup dua unsur dasar, yakni perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
Karangan berbentuk narasi memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri inilah yang membedakan karangan narasi dengan bentuk karangan lainnya. Beberapa ciri karangan narasi menurut Atar Semi (2003: 31), yakni sebagai berikut.
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa imajinasi, atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konflik, tanpa konflik narasi menjadi kurang menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Menekankan susunan secara kronologis.
Berdasarkan tujuannya, narasi dibedakan menjadi dua, yakni narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspo-sitoris bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian yang didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. Sementara narasi sugestif tujuan utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha mem-beri makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Selain itu, narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi. Untuk lebih memahami mengenai karangan narasi, berikut disajikan contoh karangan narasi.

Liburan ini aku meminta kepada Ayah agar diizinkan berlibur ke rumah Nenek di desa. Awalnya, Ayah menolak dengan alasan aku akan merepotkan nenek.
“Yah, boleh ya, liburan nanti Andi berlibur ke rumah Nenek?” tanyaku.
“Tidak boleh!” Ayah menolak. “Kamu hanya akan merepotkan Nenek.”
“Andi janji, Yah. Andi tidak akan merepotkan Nenek,” kataku merayu Ayah. 
Setelah aku terus merengek, akhirnya Ayah bersedia mengantarku ke desa tempat Nenek tinggal. 
Ayah mengantarku dengan mobil tua keluaran tahun 1982. Hatiku sangat senang. Perjalanan ke desa sangat menyenangkan karena aku bertemu dengan para petani dan anak-anak yang bermain layang-layang. Namun, perjalanan tak semulus yang diharapkan. Mobil Ayah mogok di tengah perjalanan. 
“Kenapa mobilnya, Yah?” tanyaku. 
“Tidak tahu. Tiba-tiba mesinnya mati,” jawab Ayah sambil terus menstarter mobilnya, namun tak segera menyala. 
Ayah turun dan melihat mesin mobil. “Wah, harus segera dibawa ke bengkel. Ayah tidak membawa alat-alat untuk memperbaiki mobil ini.”
“Apa yang rusak, Yah?”
“Ayah tidak tahu.”
Aku merasa bersalah dengan Ayah. Gara-gara menuruti kemauanku untuk berlibur ke rumah Nenek, mobil Ayah jadi rusak. 
Ayah terpaksa menelepon jasa penderek mobil untuk menarik mobil Ayah ke bengkel. Aku dan Ayah menumpang mobil derek itu. 
Selama perjalanan, aku tidak banyak bicara. Tampak-nya, Ayah sangat marah kepadaku. Seandainya aku tak merengek meminta berlibur ke rumah Nenek, tentu mobil Ayah tak akan mogok. 
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Ayah. 
“Yah, maafkan Andi, ya. Gara-gara Andi, mobil Ayah rusak lagi,” kataku sambil menunduk. 
Ayah menatapku, lalu berkata “Kamu tidak salah, Andi. Mobil Ayah sudah saatnya diganti karena sudah terlalu tua.”
Keinginan berlibur ke desa pun harus batal. Akhirnya, aku kembali ke kota untuk berlibur di bengkel memperbaiki mobil Ayah. 

Karangan narasi tersebut merupakan pengalaman Andi yang ingin liburan ke desa, namun tidak terlaksana karena mobil ayahnya rusak. Karangan itu diawali dengan peristiwa sebelum berangkat dan dilanjutkan peristiwa yang terjadi selama perjalanan.


Daftar Pustaka

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustama Utama.
Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Karangan Deskripsi


Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin “deskribere” yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Karangan deskripsi menurut Ahmad Rofi’udin dkk. (2001: 117) adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan suatu objek (berupa orang, benda, tempat, kejadian, dan sebagainya) dengan kata-kata dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam karangan ini, penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi dari suatu objek. Penulis seakan-akan menghadirkan sesuatu ke hadapan pembaca sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, meraba, dan merasakan objek yang dihadirkan oleh penulis.
Sama seperti karangan narasi, karangan deskripsi juga memiliki tujuan, yakni penulis menginginkan agar pembaca dapat memahami dan ikut merasakan kejadian seperti dalam tulisan. Sebagai suatu karangan, deskripsi juga memiliki beberapa ciri khusus. Ciri-ciri karangan deskripsi menurut Atar Semi (2003: 66), yakni sebagai berikut.
1. Karangan deskripsi memperlihatkan secara detail tentang suatu objek.
2. Lebih bersifat memengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca.
3. Menyangkut objek yang dapat diindra oleh panca indra sehingga objeknya berupa benda, alam, warna, dan manusia.
4. Penyampaian karangan deskripsi dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah.
5. Organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang.
Karangan deskripsi yang bagus akan membuat pembaca seolah-olah terlibat dalam cerita. Bahkan, pembaca akan dapat merasa sebagai tokoh yang diceritakan. Apabila jalan ceritanya sedih, pembaca akan ikut merasakan ke-sedihan tersebut. Contoh karangan deskripsi dapat dibaca pada kutipan berikut.

Pasar yang sempit itu penuh dengan para penjual dan pembeli. Mereka berdesak-desakan. Bahkan, ada yang saling mendorong karena berebut untuk lewat. Suasananya juga sangat ramai karena banyak penjual yang menawar-kan dagangannya dengan suara keras.
Sesampainya di los daging dan ikan, orang-orang harus bersiap-siap menutup hidung karena bau amis yang menyebar ke mana-mana. Lalat-lalat beterbangan mengerumuni ikan dan daging yang diletakkan di meja. Namun, para pedagang sudah sepertinya terbiasa dengan bau amis ini.
“Ayo Bu, kita keluar, baunya amis,” rengek Dini yang mengikuti ibunya berbelanja ke pasar. Suara Dini agak sengau karena ia berbicara sambil menutup hidung. Dini tak tahan dengan bau amis. 
“Nanti, Sayang. Ibu ingin beli daging ayam dulu,” jawab ibunya menolak. 
Terpaksa Dini mengikuti ibunya menuju ke penjual daging ayam. Dini mengamati dengan saksama wajah penjual daging ayam itu. Seorang wanita yang tidak lelah bekerja. Ia memotong-motong ayam dengan pisau besar yang tajam. Setelah itu, ia menumpuknya menjadi be-berapa tumpukan. 
Ia memisahkan bagian daging ayam sesuai jenisnya. Kepala dengan kepala, sayap dengan sayap, dan kaki dengan kaki. Kemudian ia menumpuknya di meja yang sangat kotor. Meja itu hanya dilapisi plastik agar daging ayam tidak terkena kotoran di meja. 
“Daging ayam sekilo, Bu,” pesan ibu Dini pada penjual daging ayam. 
Ibu penjual mengambil beberapa daging ayam dan menimbangnya. Ibu Dini lalu mengeluarkan uang untuk membayarnya. Hati Dini lega setelah keluar dari los daging yang penuh bau amis itu. Ia pun mendesah panjang seusai menghirup udara segar di luar. 

Karangan deskripsi tersebut menceritakan kondisi sebuah pasar yang menjual aneka kebutuhan, termasuk daging dan ikan. Dini yang mengikuti ibunya belanja di pasar tidak tahan dengan bau amis. Gambaran Dini menutup hidung merupakan pencitraan bau agar pembaca seolah mencium bau amis yang dicium Dini. Pencitraan penglihatan, seperti suasana pasar yang ramai, tumpukan daging, serta penjual daging ayam akan menimbulkan kesan bahwa pembaca juga melihat semua kondisi yang dilihat Dini.

Daftar Pustaka

Rofiudin, Ahmad, dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi adalah bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha memengaruhi pendapat pembaca (Aceng Hasani, 2005: 30). Melalui karangan eksposisi, pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis. Dengan kata lain, pembaca dipersilakan untuk menolak atau menerima hal-hal yang disampaikan penulis.
Karangan ini bertujuan menyampaikan gagasan yang berupa fakta atau hasil pemikiran dengan maksud menerang-kan sesuatu, seperti masalah, manfaat, jenis, proses, atau langkah-langkah (Widyamartaya, 1992: 9–10). Topik yang diangkat dalam karangan ini berdasarkan data faktual, artinya suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan bersifat historis. Karangan eksposisi memiliki beberapa ciri khusus seperti yang diungkapkan Aceng Hasani (2005: 31) sebagai berikut.
1. Penjelasannya bersifat informatif.
2. Pembahasan masalahnya bersifat objektif.
3. Penjelasannya disertakan bukti-bukti yang konkret.
4. Pembahasannya bersifat logis atau sesuai dengan penalaran.
Berdasarkan ciri-cirinya, karangan eksposisi termasuk karangan yang bersifat nonfiksi (ilmiah). Jadi, ada sumber atau fakta yang mendukung terbentuknya karangan. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari pengalaman, hasil penga-matan, atau hasil penelitian. 
Jenis karangan eksposisi dapat berupa kisah per-juangan, bentuk struktur dan tugas organisasi, atau laporan. Untuk memperjelas uraian, karangan eksposisi dapat di-lengkapi dengan grafik maupun gambar. Agar semakin jelas, akan disampaikan contoh karangan eksposisi sebagai berikut.

Indonesia merupakan negara kepulauan. Jumlah pulau di Indonesia ada lebih dari 13 ribu yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Ada lima pulau besar yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kelima pulau itu meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jawa merupakan pulau yang paling banyak dan padat penduduknya. Oleh sebab itu, banyak penduduk di Pulau Jawa pindah ke pulau lainnya. Perpindahan ini disebut transmigrasi. 
Transmigrasi adalah program pemerintah yang bertujuan untuk pemerataan penduduk. Hal ini dilakukan agar jumlah penduduk di Pulau Jawa tidak terlalu padat. Apabila dilihat pada peta, ukuran Pulau Jawa lebih kecil dibandingkan dengan keempat pulau besar lainnya. Jadi, jika jumlah penduduk di Pulau Kalimantan sangat sedikit, berarti masih banyak lahan yang kosong.
Selain Pulau Kalimantan, Putra Sumatra juga berpotensi menjadi daerah tujuan transmigran. Di sana lahannya sangat luas. Namun, juga tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang sedikit. Akibatnya, banyak lahan yang belum dapat digarap dengan baik. 

Karangan eksposisi tersebut menjelaskan transmigrasi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai paragraf pengantar untuk menuju ke paragraf inti, disampai-kan keadaan geografi Indonesia terlebih dahulu. Dengan demikian, pembaca memperoleh pengetahuan tentang keadaan Indonesia. Penjelasan ini dapat didukung dengan menunjukkan peta atau globe untuk mengetahui letak Negara Indonesia di dunia ini.
Pemaparan karangan tersebut juga dapat disertai dengan data atau diagram jumlah penduduk Indonesia dan penyebarannya di berbagai pulau. Hasil perkebunan yang menjadi ciri khas daerah tujuan transmigrasi juga dapat ditampilkan. Dengan mengetahui perbandingan jumlah penduduk dan hasil alam, alasan pemerintah mengadakan transmigrasi demi kesejahteraan rakyat akan lebih mudah dipahami pembaca.


Daftar Pustaka

Hasani, Aceng. 2005. Ihwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press.
Widyamarta, A. 1992. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.



Selasa, 07 Januari 2020

Dasar-Dasar Kalimat (2)

Pelengkap dan Keterangan dalam Kalimat

1. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Sama halnya dengan objek, pelengkap juga berada setelah unsur predikat. Oleh sebab itu, pembaca kerap dibingungkan antara objek dan pelengkap. Padahal, kalimat berobjek atau berpelengkap sebetulnya tidak sulit untuk dibedakan. Berikut uraian untuk mengetahui perbedaan kalimat berobjek atau berpelengkap.

Kalimat (1) dikatakan sebagai kalimat berobjek, sedangkan kalimat (2) disebut kalimat berpelengkap. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pemasifan. Berikut bentuk pemasifannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, objek halaman pada kalimat (1) dapat menduduki fungsi subjek ketika dipasifkan. Sementara itu, orang asli pada kalimat (2) tidak dapat diubah posisinya menjadi subjek. Jika hal itu dipaksakan maka kalimatnya tidak berterima. Dengan demikian, pelengkap adalah unsur yang tidak dapat dipasifkan. Hal ini berbeda dengan objek yang dapat selalu dipasifkan. Di sinilah letak perbedaan mendasar antara objek dan pelengkap. 

Ciri-ciri pelengkap
- Bukan unsur utama, tetapi kalimat tidak akan jelas dan tidak lengkap informasinya tanpa pelengkap.
- Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya sebagai berikut.



2. Keterangan
Keterangan adalah unsur yang berfungsi menerangkan keseluruhan unsur dalam kalimat. Keterangan memiliki mobilitas (pergerakan yang tinggi) dalam kalimat. Artinya, keterangan dapat diletakkan hampir di mana saja. Namun, ada beberapa jenis kalimat yang mengharuskan posisi tertentu untuk keterangan. Keterangan pada umumnya juga dapat dihilangkan tanpa membuat kalimat sumbang. Berikut beberapa contohnya.


Fungsi keterangan pada contoh tersebut ditempati kata kemarin. Kata kemarin dapat dipindahkan ke depan dan ke tengah tanpa mengubah makna. Namun, keterangan tidak pernah dapat ditempatkan di antara predikat dan objek. Pernyataan itu dibuktikan dengan kalimat berikut.

Kalimat di atas tidak berterima dan tidak bermakna karena menyalahi ketatabahasaan. Jadi, keterangan memang bermobilitas tinggi, tetapi memiliki batasan. Tidak semua posisi dapat ditempati keterangan. Ada posisi yang tidak dapat ditempati, yaitu di antara predikat dan objek.
Keterangan pada dasarnya berfungsi memberikan informasi tambahan tentang bagian kalimat yang lain. Karena hanya bersifat ‘tambahan’, keterangan dapat dihilangkan tanpa menghilangkan inti kalimat. Akan tetapi, adakalanya keterangan wajib hadir dalam kalimat tertentu. Berikut contohnya.


Keterangan pada kalimat (1), yakni di dapur dapat dihilangkan. Apabila frasa itu dihilangkan, kalimat (1) tetap berterima. Sebaliknya, keterangan pada kalimat (2) tidak dapat dihilangkan karena tipe predikatnya memerlukan kata depan (dari). Dengan kata lain, keterangan wajib hadir dalam kalimat-kalimat yang predikatnya harus menyertakan keterangan. Umumnya kalimat seperti itu memiliki predikat berupa kata tinggal, terbuat, berasal, atau bertemu.

Ciri-ciri keterangan
- Bukan unsur utama kalimat.
- Keberadaannya bersifat manasuka, bisa awal, tengah, atau akhir kalimat.
- Umumnya didahului oleh kata depan di, ke, dari, ketika, dan tentang.


Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugono, Dendy. 2008. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jilid 2. Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.







Siklus Air

Proses Siklus Air Siklus air adalah perputaran air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Siklus air terjadi melalu...